Langsung ke konten utama

Kisah 8 Dirham


Dikisahkan, telah lama seorang arif dan bijak memendam keinginan untuk membeli baju karena baju lamanya sudah lusuh. Suatu hari ia memutuskan pergi ke pasar untuk mewujudkan keinginannya itu dengan membawa uang 8 Dirham di tangan.
Dalam perjalanan sebelum sampai ke pasar orang arif dan bijak itu bertemu dengan seorang budak sahaya yang menangis karena kehilangan uang 4 Dirham. Tanpa berpikir panjang ia memberikan sebagian uangnya sebesar 4 Dirham kepada orang itu. Betapa girang dan senang budak sahaya itu karena uangnya yang hilang telah tergantikan. Uang di tangan tinggal tersisa 4 Dirham.
Walaupun tinggal 4 Dirham di tangan ia tetap melanjutkan langkah kakinya menuju pasar untuk melaksanakan niat semula, membeli baju. Sesampainya di pasar sebelum sampai di tempat penjual baju ia dihampiri orang yang mengaku sangat kelaparan karena belum makan. Tanpa ragu orang bijak itu memberinya 2 Dirham. Jadi uang untuk membeli baju tinggal 2 Dirham.
Dengan uang 2 Dirham orang bijak itu menuju tempat penjualan baju dan akhirnya mendapatkan sepotong baju seharga 2 Dirham, sekadar untuk mengganti bajunya yang telah lusuh. Lalu  orang bijak  segera meninggalkan pasar kembali pulang.
Sebelum sampai di rumah  orang bijak itu bertemu dengan orang miskin yang mengaku tidak mempunyai baju. Orang bijak itu melakukan hal yang sama seperti ketika dalam perjalanan menuju pasar, tanpa ragu baju baru yang telah lama diinginkannya ia serahkan kepada orang miskin itu. Dengan tangan kosong orang arif dan bijak itu kembali pulang ke rumah.
  Kisah 8 Dirham juga menjadi judul lagu yang dinyanyikan oleh Si pemilik suara lembut dan merdu Gita Gutawa. Lalu, adakah yang sudah bisa menebak siapakah orang arif dan bijaksana di atas ?. Orang itu adalah manusia agung. Sosok manusia yang telah diampuni semua dosa-dosannya dan juga telah dijamin masuk surga juga teladan bagi umat manusia, Nabi Muhammad SAW.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masjid Cordoba Saksi Kejayaan dan Kemunduran Islam

  Di atas kubah masjid ada lambang bulan sabit dan bintang, itu adalah lambang kejayaan dan dalam sejarah Islam sehingga masjid memegang peranan penting untuk kemajuan peradaban. Masjid yang pertama kali di bangun nabi Muhammad Saw adalah masjid Quba, kemudian masjid Nabawi. Masjid ini selain sebagai tempat beribadah, juga difungsikan sebagai tempat menuntut ilmu, bermusyawarah dan mengatur strategi perang. Seiring dengan berjalannya waktu, fungsi masjid semakin sangat sentral. Di dalam kompleks masjid di bangun sekolah, perpustakaan, laboratorium, dan observatorium. Masjid menjadi tempat yang paling banyak dikunjungi orang daripada tempat lainnya. Orang pergi ke masjid tidak hanya berniat beribadah di dalamnya, tetapi juga menuntut ilmu dan berdiskusi.  “Di era kejayaan Islam, masjid tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah saja, namun juga sebagai pusat kegiatan intelektualitas,” ungkap J. Pedersen dalam bukunya berjudul  Arabic Book. Senada dengan J. Pedersen,  s...

Produksi Dulu atau Pasar Dulu

        Kamis,   25 Agustus selepas shalat Magrib lanjut pengajian tafsir Quran rutin setiap malam Jumat yang dilanjutkan shalat Isya’ di masjid Al Hikmah jalan Damar tepat di samping SMP Muhammadiyah Cilacap, saya meluncur ke hotel Sindoro Cilacap menjumpai kawan lama teman seangkatan   waktu sekolah di SMPN I Cawas kab Klaten. Kedatangan kawan lama saya itu dalam rangka membantu atau asistensi koleganya dalam perancangan pendirian pabrik sampai dengan pengoperasiannya untuk mengolah bijih plastik menjadi produk peralatan penunjang yang salah satu pengaplikasian produknya di dermaga. Banyak hal yang dibahas/disikusikan dalam obrolan kurang lebih dua setengah jam (20.40 s.d. 23.15) dengan kawan lama saya itu. Pokoknya sangat lengkap tema yang dibahas, poleksosbudhankam. Koleganya pun turut datang bergabung ngobrol di lobby hotel sambil minum jus jambu, kalau saya cukup air putih, sudah malam soalnya. Ada yang menarik dari pernyataan kawan lama saya: “Prod...

Perempatan Monjali

  Waktu sama-sama menunggu lampu tanda Hijau, tepat di depan mobil saya ada mobil Wuling warna putih yang di kaca belakangnya ditempel stiker “Marilah Sholat” sehingga muncul ide mengambil foto. Lokasi antrian kendaraan yang sedang menunggu tanda Hijau lampu lalin adalah di perempatan Monjali atau Monumen Jogja Kembali. Bagi yang tidak asing dengan perempatan itu, akan langsung tahu kalau titik lampu merah di jalan Ringroad Utara Yogyakarta atau kurang lebih 1,5 km sebelum terminal Jombor dari arah timur. Yogyakarta memang mempunyai kekhususan wilayah sehingga disebut daerah istimewa. Bergabungnya dengan NKRI pun berdasarkan Maklumat Sri Sultan Hamengku Buwono IX di tahun 1951 sehingga sebelumnya merupakan wilayah kerajaan yang berdaulat –cikal bakalnya kerajaan Mataram Islam Panembahan Senopati (Danang Sutawijaya) putra Ki Ageng Pemanahan atas persetujuan Pangeran Benawa (putra sultan Hadiwijaya alias Joko Tingkir) https://majumelangkah.blogspot.com/2023/08/kebersahajaan-ki-ageng...