Langsung ke konten utama

Buat Apa Sekolah ?

(Siswa-siswi MI Nahdlatul Wathan Putussibau, mengukir masa depan)
UNBK level SMA belum lama berselang telah usai digelar untuk menguji kemampuan nalar peserta didik dan pemetaan tingkat kualitas pendidikan secara nasional. Peserta ujian banyak yang curhat di medsos karena soal ujian yang susah dikerjakan. Demikian pula, guru dan pemerhati pendidikan juga ikut mengkritisi  karena soal-soal kategori/kelompok HOTS (higher order thinking).

Masalah ujian nasional sejak pasca reformasi dan otonomi daerah selalu menjadi pro dan kontra setiap akan diselenggarakan, alias setiap tahun pasti muncul ke permukaan. Pak Jusuf Kalla waktu itu pernah mengatakan: “Kalau tidak diuji, bagaimana bisa diketahui kualitasnya, ibarat sekolah itu pabrik biar hasilnya diuji pengguna !”. Pasca statement pak JK  saat itu masih banyak muncul pro kontra. Masalah mekanisme ujian, fasilitas pendidikan yang belum merata, pergantian kurikulum dan kebijakan pendidikan dan di sisi yang lain kualitas pendidik yang masih dibawah rata-rata.

(Bersama Kepala MI Nahdlatul Wathan Putussibau)
Semua pasti sepakat bahwa pendidikan itu sangat penting bahkan ada yang menganggap bahwa pendidikan itu adalah investasi yang buahnya akan dipanen pada masa yang akan datang. Proses mendapatkan sekolah tidak bisa dibilang gampang dan biaya pendidikan yang kian mahal dianggap bukanlah penghalang untuk meraih masa depan bagi si buah hati. Karena itulah banyak orang tua berusaha sekuat tenaga banting tulang demi anak-anaknya dapat bersekolah. Siang jadi malam dan malam pun jadi siang, badan berpeluh keringat dan sakit pun tak dirasa, dengan harapan di masa depan nasib sang anak akan lebih baik dari dirinya.
(Menjumpai Kepala SMA Negeri I Putussibau)

Kontek “harapan di masa depan nasib sang anak akan lebih baik dari dirinya” yang paling mudah dicerna adalah mendapatkan pekerjaan yang layak alias tidak menjadi pengangguran apalagi meresahkan banyak orang. Namun banyak fakta yang berbicara lain, jangankan sampai selesai lulus sekolah, cukup banyak pelajar dan mahasiswa yang putus di tengah jalan karena memilih mengambil jalan yang menyimpang. Tentu tidaklah sama apabila mereka harus memutuskan untuk memilih jalan berbeda dengan dilandasi perhitungan yang matang dan dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab.  

Lantas apa guna bersekolah atau kuliah ?.

Kalimat terakhir sangat jelas mendeskripsikan bahwa bersekolah dan menempuh kuliah -mengikuti pendidikan dan pelatihan- adalah untuk mengetahui dan menggali potensi yang dimiliki oleh seseorang. Apabila institusi pendidikan dan pelatihan tidak mampu menciptakan itu, maka sudah tentu dia telah gagal memoles maupun meng-up grade agar para alumninya mempunyai kompetensi yang berdaya saing yang tangguh dan penuh percaya diri.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masjid Cordoba Saksi Kejayaan dan Kemunduran Islam

  Di atas kubah masjid ada lambang bulan sabit dan bintang, itu adalah lambang kejayaan dan dalam sejarah Islam sehingga masjid memegang peranan penting untuk kemajuan peradaban. Masjid yang pertama kali di bangun nabi Muhammad Saw adalah masjid Quba, kemudian masjid Nabawi. Masjid ini selain sebagai tempat beribadah, juga difungsikan sebagai tempat menuntut ilmu, bermusyawarah dan mengatur strategi perang. Seiring dengan berjalannya waktu, fungsi masjid semakin sangat sentral. Di dalam kompleks masjid di bangun sekolah, perpustakaan, laboratorium, dan observatorium. Masjid menjadi tempat yang paling banyak dikunjungi orang daripada tempat lainnya. Orang pergi ke masjid tidak hanya berniat beribadah di dalamnya, tetapi juga menuntut ilmu dan berdiskusi.  “Di era kejayaan Islam, masjid tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah saja, namun juga sebagai pusat kegiatan intelektualitas,” ungkap J. Pedersen dalam bukunya berjudul  Arabic Book. Senada dengan J. Pedersen,  s...

Produksi Dulu atau Pasar Dulu

        Kamis,   25 Agustus selepas shalat Magrib lanjut pengajian tafsir Quran rutin setiap malam Jumat yang dilanjutkan shalat Isya’ di masjid Al Hikmah jalan Damar tepat di samping SMP Muhammadiyah Cilacap, saya meluncur ke hotel Sindoro Cilacap menjumpai kawan lama teman seangkatan   waktu sekolah di SMPN I Cawas kab Klaten. Kedatangan kawan lama saya itu dalam rangka membantu atau asistensi koleganya dalam perancangan pendirian pabrik sampai dengan pengoperasiannya untuk mengolah bijih plastik menjadi produk peralatan penunjang yang salah satu pengaplikasian produknya di dermaga. Banyak hal yang dibahas/disikusikan dalam obrolan kurang lebih dua setengah jam (20.40 s.d. 23.15) dengan kawan lama saya itu. Pokoknya sangat lengkap tema yang dibahas, poleksosbudhankam. Koleganya pun turut datang bergabung ngobrol di lobby hotel sambil minum jus jambu, kalau saya cukup air putih, sudah malam soalnya. Ada yang menarik dari pernyataan kawan lama saya: “Prod...

Perempatan Monjali

  Waktu sama-sama menunggu lampu tanda Hijau, tepat di depan mobil saya ada mobil Wuling warna putih yang di kaca belakangnya ditempel stiker “Marilah Sholat” sehingga muncul ide mengambil foto. Lokasi antrian kendaraan yang sedang menunggu tanda Hijau lampu lalin adalah di perempatan Monjali atau Monumen Jogja Kembali. Bagi yang tidak asing dengan perempatan itu, akan langsung tahu kalau titik lampu merah di jalan Ringroad Utara Yogyakarta atau kurang lebih 1,5 km sebelum terminal Jombor dari arah timur. Yogyakarta memang mempunyai kekhususan wilayah sehingga disebut daerah istimewa. Bergabungnya dengan NKRI pun berdasarkan Maklumat Sri Sultan Hamengku Buwono IX di tahun 1951 sehingga sebelumnya merupakan wilayah kerajaan yang berdaulat –cikal bakalnya kerajaan Mataram Islam Panembahan Senopati (Danang Sutawijaya) putra Ki Ageng Pemanahan atas persetujuan Pangeran Benawa (putra sultan Hadiwijaya alias Joko Tingkir) https://majumelangkah.blogspot.com/2023/08/kebersahajaan-ki-ageng...