Banyak
hal yang dibahas/disikusikan dalam obrolan kurang lebih dua setengah jam (20.40
s.d. 23.15) dengan kawan lama saya itu. Pokoknya sangat lengkap tema yang dibahas,
poleksosbudhankam. Koleganya pun turut datang bergabung ngobrol di lobby hotel
sambil minum jus jambu, kalau saya cukup air putih, sudah malam soalnya.
Ada
yang menarik dari pernyataan kawan lama saya: “Produksi dulu baru cari pasar,
kalau cari pasar dulu nanti nggak produksi-produksi!”. Meski saya kurang sependapat,
saya mencoba memahaminya, karena dia pemain asli bukan pemain cadangan maupun
pemain transfer. Kalau saya ngertinya cuma teori.
Yang
saya pahami, dan belum lama saya menyimak video Si Bossman Sontoloyo (pemilik Platform Equity Crowdfunding
pertama berizin OJK, founder Rumah Yatim, mantan diplomat/stafsus Menhan
RI era Jenderal (purn) Riyamizard Riyakudu), langkah pertama jikalau akan merintis usaha harus melakukan riset pasar dulu untuk mengetahui kebutuhan pasar sehingga ke depan punya segmen pasar,
baru membuat produk untuk dilempar ke pasar.
Cerita
kawan lama cukup sampai di situ dulu, karena mau lanjut sharing obrolan
dengan Si Mas-mas yang gigih dan ulet penjaga warung tempat saya mampir di perjalanan
menuju hotel Sindoro Cilacap.
Karena
belum makan, di perjalanan menuju hotel Sindoro saya mampir di warung kaki lima
gerobag bertenda sederhana atau orang biasa menyebutnya “warung kucing” di
daerah Tanjungsari (kurang lebih pertengahan antara terminal bus dengan
Alun-alun Cilacap). Cukup kreatif cara meletakkan gelas-gelasnya sehingga nampak
seperti pajangan/hiasan dengan digantung memakai pengait di atas hamparan aneka
makanan khas warung kucing. Jadi kalau diterpa sinar lampu malam bisa nampak berkilat-kilat.
Setelah memarkir motor saya pun duduk, saya memesan minuman favorit Jasu (jahe
dicampur susu putih kaleng) sambil menikmati aneka makanan yang tersaji.
Selama
menikmati hidangan ala warung kucing, saya (S) mencoba membuka dialog lebih
intens dengan Si Mas-mas penjaga warung (PW).
S |
: Sudah lama jualannya
Mas? |
PW |
: Belum Pak, baru
beberapa bulan |
S |
: Sebelumnya kerja
di mana? |
PW |
: di Jogja, Pak |
S |
: Pernah kuliah di
sana ya? |
PW |
: Pernah Pak |
S |
: Jurusan apa? |
PW |
: Diploma III
Kepariwisataan, Pak |
S |
: Lama ya kerja di
Jogja? |
PW |
: Sebentar saja Pak. Dafam
hotel & warmindo, sebelumnya di Java mall Semarang. Terakhir di Dafam
hotel Cilacap bagian entertainment sambil membuka sablon di rumah |
S |
: Apa warmindo? |
PW |
: Warung Mie
Indonesia, Pak |
S |
: Kok tidak
diteruskan kerja di hotel? |
PW |
: Monoton Pak, pengin
kegiatan yang lain |
S |
: Sudah berkeluarga
ya Mas? |
PW |
: Sudah Pak, anak yang
paling besar kelas 2 SMP (kelas 8) |
Di sela obrolan ada telepon masuk, kata
Si Mas-mas panggilan dari ibunya. Saya pun bergegas membayar dan pamit, lalu meluncur
ke hotel Sindoro sambil menikmati keindahan malam ciptaan Tuhan yang dihiasi lampu-lampu
yang bersinar temeram.
Semoga
Si Mas-mas tetap sabar, tegar & semangat mencari nafkah demi keluarga,
meski harus berganti-ganti profesi juga lokasi. Meski dalam pandangan umum, idealnya
dengan level pendidikan diploma III bisa lebih mendapatkan pekerjaan yang lebih
mapan.
Namun
kita tetap harus meyakini bahwa rezeki sudah ditaker dan dipastikan tidak akan
ketuker, sambil tetap berdo'a dan berikhtiar maksimal.
Komentar
Posting Komentar