Langsung ke konten utama

Bretton Woods Agreement

The Bretton Woods exchange-rate system saw all currencies linked to the dollar, and the dollar linked to gold. But, President Nixon abandoned the link to gold in 1971 and the fixed exchange-rate system disintegrated (https://www.economist.com/blogs/economist-explains/2014/06/economist-explains-20)
Sebenarnya sudah tepat jika emas menjadi rujukan dan basis nilai dalam mencetak mata uang dan sebagai penentu dalam nilai tukar sebuah mata uang (sistem valuta asing). Tetapi sangat disayangkan, mengapa suara kuat President Nixon mengambil keputusan yang salah dan berakibat fatal di kemudian hari. Dan perlu disampaikan bahwa tulisan singkat ini tidak membahas bagaimana konspirasi dunia pada waktu itu dapat sukses berjalan dan mengapa President Nixon sampai kepada keputusan itu, karena keputusan tersebut bertolak belakang dengan keputusan sebelumnya.
Barter atau tukar menukar barang adalah bentuk transaksi antar manusia pertama kali yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya, semula barter barang sejenis dan berlanjut untuk barang yang tidak sejenis. Kompleksitas dan volume transaksi pun semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan manusia dan perkembangan ekonomi maka model barter tentu akan sangat menyulitkan sehingga diperlukanlah alat pengukur nilai dalam bertransaksi, maka diciptakanlah mata uang dari logam. Logam mulia jenis emas yang menjadi pilihannya sehingga emas merupakan mata uang modern untuk pertama kali.
Dapat dimengerti apabila transaksi dalam jumlah dan volume besar maka mata uang yang berbentuk logam akan menyulitkan. Tentu sangat merepotkan jika dalam setiap transaksi tersebut harus memindahkannya, karena dipastikan memerlukan sarana dan peralatan untuk mengangkutnya dari satu tempat ke tempat lain dan dari satu negara ke negara lain. Maka diciptakanlah sistem valuta asing untuk mengatasi hal itu.
Yang menjadi pangkal persoalan adalah sistem valuta asing yang ada dan mata uang yang dibuat atau diterbitkan oleh negara-negara di dunia saat ini tidak berbasiskan stock emas, dan ini sebagai akibat dari suara kuat dari President Nixon (pasca Bretton Woods Agreement). Apa yang menjadi efek dominonya ?. Nilai mata uang suatu negara dapat dengan mudah dipermainkan oleh para spekulan dan dengan sistem valuta asing yang diberlakukan semakin memberikan ruang spekulasi untuk mempermainkannya.
Singkat kata dari uraian panjang lebar di atas adalah selembar uang kertas di tangan kita bisa jadi hanya sebuah lembar kertas biasa yang nilainya tidak berbeda dengan nilai selembar kertas folio dan HVS, red: https://www.hidayatullah.com/kolom/ilahiyah-finance/read/2012/11/13/2921/bukti-bahwa-uang-kertas-itu-memiskinkan-dunia.html, bahkan mungkin lebih berharga dan bernilai karena dapat digunakan untuk menuliskan pesan dan tulisan penting.
Krisis ekonomi 1998 dimana rupiah tembus lebih dari 15.000,- per dollar AS, krisis ekonomi Yunani belum lama berselang dan kini krisis ekonomi parah di Venezuela yang nilai mata uangnya anjlok super drastis. Presiden  Venezuela rupanya mulai sadar, salah satu gebrakannya mencetak mata uang yang nilainya berbasis komoditi yaitu minyak dan barang tambang yang lain. Apa maksudnya, tentu untuk membangun kepercayaan terhadap eksistensi mata uangnya yang baru, meski tidak setangguh apabila pertimbagan pokok dalam mencetak jumlah mata uang berikut menentukan nilainya berbasiskan pada persediaan logam mulia emas.
Bretton Woods Agreement adalah sebagai bentuk kecelakaan sejarah dalam memandang eksistensi dari uang dan dalam ekonomi Islam terlarang uang difungsikan sebagai alat spekulasi, dan di sini peran sistem perbankan sangat menentukan, lebih-lebih kalau ikut bermain. Tanda kekinian mulai nampak dengan PHK 18.000 karyawan Deutsche Bank berpusat di Jerman karena kesulitan keuangan yang diduga ikut bermain  membuat pinjaman spekulatif dan spekulasi  forex, red: https://akurat.co/ekonomi/id-683087-read-pecat-18000-karyawan-runtuhnya-deutsche-bank-sinyal-goyahnya-sistem-keuangan-globalyang artinya ikut  mempermainkan mata uang.
Fakta sejarah, zaman Nabi harga satu ekor kambing siap kurban sebesar 1 dinar (koin emas 22 karat seberat 4,25 gram). Hari ini (tanggal 11 April 2018), harga emas UBS Rp 650.000,-/gram sehingga nilai 1 dinar adalah Rp 2.762.500,-. Jadi very-very clear,  harga satu ekor kambing siap kurban saat zaman Nabi atau enam belas abad yang silam relatif sama atau stabil dengan harga pada zaman now.
Mengapa saat itu logam mulia jenis emas dipilih sebagai mata uang modern ?. Sederhana saja, adakah yang menolak apabila dikasih emas ?. Adakah jenis logam lain yang lebih pantas dan menarik sehingga mempunyai nilai intrinsik dan ektrinsik yang lebih stabil dibandingkan dengan logam emas ?. Fakta telah berbicara dari sejak zaman dulu dan dapat dipastikan sampai akhir zaman manusia akan tetap senang dan suka memiliki logam emas bahkan berlomba-lomba untuk memilikinya.    
(Anggota Forum Studi Ekonomi Islam STAN-Prodip Keuangan Jakarta 1994-1996 dan peserta Diklat Baitul Maal wa Tamwil, P3UK, Rawamangun 1994).








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masjid Cordoba Saksi Kejayaan dan Kemunduran Islam

  Di atas kubah masjid ada lambang bulan sabit dan bintang, itu adalah lambang kejayaan dan dalam sejarah Islam sehingga masjid memegang peranan penting untuk kemajuan peradaban. Masjid yang pertama kali di bangun nabi Muhammad Saw adalah masjid Quba, kemudian masjid Nabawi. Masjid ini selain sebagai tempat beribadah, juga difungsikan sebagai tempat menuntut ilmu, bermusyawarah dan mengatur strategi perang. Seiring dengan berjalannya waktu, fungsi masjid semakin sangat sentral. Di dalam kompleks masjid di bangun sekolah, perpustakaan, laboratorium, dan observatorium. Masjid menjadi tempat yang paling banyak dikunjungi orang daripada tempat lainnya. Orang pergi ke masjid tidak hanya berniat beribadah di dalamnya, tetapi juga menuntut ilmu dan berdiskusi.  “Di era kejayaan Islam, masjid tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah saja, namun juga sebagai pusat kegiatan intelektualitas,” ungkap J. Pedersen dalam bukunya berjudul  Arabic Book. Senada dengan J. Pedersen,  s...

Produksi Dulu atau Pasar Dulu

        Kamis,   25 Agustus selepas shalat Magrib lanjut pengajian tafsir Quran rutin setiap malam Jumat yang dilanjutkan shalat Isya’ di masjid Al Hikmah jalan Damar tepat di samping SMP Muhammadiyah Cilacap, saya meluncur ke hotel Sindoro Cilacap menjumpai kawan lama teman seangkatan   waktu sekolah di SMPN I Cawas kab Klaten. Kedatangan kawan lama saya itu dalam rangka membantu atau asistensi koleganya dalam perancangan pendirian pabrik sampai dengan pengoperasiannya untuk mengolah bijih plastik menjadi produk peralatan penunjang yang salah satu pengaplikasian produknya di dermaga. Banyak hal yang dibahas/disikusikan dalam obrolan kurang lebih dua setengah jam (20.40 s.d. 23.15) dengan kawan lama saya itu. Pokoknya sangat lengkap tema yang dibahas, poleksosbudhankam. Koleganya pun turut datang bergabung ngobrol di lobby hotel sambil minum jus jambu, kalau saya cukup air putih, sudah malam soalnya. Ada yang menarik dari pernyataan kawan lama saya: “Prod...

Perempatan Monjali

  Waktu sama-sama menunggu lampu tanda Hijau, tepat di depan mobil saya ada mobil Wuling warna putih yang di kaca belakangnya ditempel stiker “Marilah Sholat” sehingga muncul ide mengambil foto. Lokasi antrian kendaraan yang sedang menunggu tanda Hijau lampu lalin adalah di perempatan Monjali atau Monumen Jogja Kembali. Bagi yang tidak asing dengan perempatan itu, akan langsung tahu kalau titik lampu merah di jalan Ringroad Utara Yogyakarta atau kurang lebih 1,5 km sebelum terminal Jombor dari arah timur. Yogyakarta memang mempunyai kekhususan wilayah sehingga disebut daerah istimewa. Bergabungnya dengan NKRI pun berdasarkan Maklumat Sri Sultan Hamengku Buwono IX di tahun 1951 sehingga sebelumnya merupakan wilayah kerajaan yang berdaulat –cikal bakalnya kerajaan Mataram Islam Panembahan Senopati (Danang Sutawijaya) putra Ki Ageng Pemanahan atas persetujuan Pangeran Benawa (putra sultan Hadiwijaya alias Joko Tingkir) https://majumelangkah.blogspot.com/2023/08/kebersahajaan-ki-ageng...