Langsung ke konten utama

Teman Itu Menguatkan

Masih ada keraguan pada diri nabi Musa as, apakah akan mampu menghadapi raja sejagat Fir’aun yang dikelilingi para penyihir yang sakti mandra guna meski beliau telah dibekali dengan mujizat. Selain hal itu, nabi Musa as merasa tidak ahli dalam berdiplomasi karena yang akan dihadapi adalah sang penguasa negeri yang super otoriter bahkan menganggap dirinya sebagai Tuhan. Akhirnya untuk menguatkan keberaniannya dalam melaksanakan perintah Allah agar Fir’aun kembali ke jalan tauhid, maka nabi Musa as memohon kepada Allah agar diperkenankan ditemani saudaranya yaitu nabi Harun as. Kisah tersebut dilukiskan pada Al Quran surat Taha ayat 29-32.

        Di dalam Al Quran surat Al Kahfi kita juga dapat menemukan perikatan persahabatan yang luar biasa di antara para pemuda yang akhirnya bersembunyi dan  ditidurkan Allah dalam jangka waktu yang lama di dalam sebuah gua. Mereka dikejar-kejar oleh raja agar mereka melepaskan keyakinannya dan kembali kepada agama yang diakui kerajaan. Jadi mereka tetap kompak dalam suasana bahagia maupun tatkala dirundung duka. Tentu kita sudah familiar dengan kisah ini, kisah Ashabul Kahfi.

Di masa kini muncul istilah yang tidaklah asing di telinga, yaitu tak ada teman yang abadi, namun kepentinganlah yang abadi sehingga hubungan pertemanan dan persahabatan tinggal kenangan dan bayangan apabila kepentingan sudah tidak sejalan. Bahkan ada yang lebih mencengangkan lagi mengherankan, hubungan darah dan tali persaudaraan dikorbankan demi untuk mendapatkan sesuatu dengan taktik dan cara yang jauh dari etika serta aturan.

  
Fenomena sosial hubungan persahabatan tersebut juga diungkapkan dengan anekdot; Ing arso numpuk bondho, Ing madyo mangan konco dan Tut wuri nggolek rai. Terjemahan dari anekdot tersebut kurang lebih; waktu sudah mapan dan menjadi orang besar hanya fokus mengumpulkan harta dan kekuasaan sehingga lupa diri, waktu dalam kondisi  relatif mapan “sibuk menyingkirkan” kawan apalagi lawan untuk meraih kesuksesan, pun di saat masih berjuang meraih kemapanan sibuk mencari muka dihadapan orang yang diharapkan akan memberinya peluang dan imbalan kemapanan.

Berikut keterangan yang menjadi pertimbangan tentang urgensi memilih teman dan sahabat yang selengkapnya pada https://muslim.or.id/44592-teman-akrab-menjadi-musuh-di-hari-kiamat.html :

“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf: 67).

Ahli Tafsir At-Thabari menjelaskan;

“Orang-orang yang saling bersahabat di atas maksiat kepada Allah di dunia, di hari kiamat akan saling bermusuhan satu sama lain dan saling berlepas diri, kecuali mereka yang saling bersahabat di atas takwa kepada Allah.” (Lihat Tafsir At-Thabari).

“Seseorang itu mengikuti diin (agama; tabiat; akhlaq) kawan dekatnya. Oleh karena itu, hendaknya seseorang di antara kalian memperhatikan siapa yang dia jadikan kawan dekat.” (HR. Abu Dawud, Silsilah ash-Shahihah no. 927).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masjid Cordoba Saksi Kejayaan dan Kemunduran Islam

  Di atas kubah masjid ada lambang bulan sabit dan bintang, itu adalah lambang kejayaan dan dalam sejarah Islam sehingga masjid memegang peranan penting untuk kemajuan peradaban. Masjid yang pertama kali di bangun nabi Muhammad Saw adalah masjid Quba, kemudian masjid Nabawi. Masjid ini selain sebagai tempat beribadah, juga difungsikan sebagai tempat menuntut ilmu, bermusyawarah dan mengatur strategi perang. Seiring dengan berjalannya waktu, fungsi masjid semakin sangat sentral. Di dalam kompleks masjid di bangun sekolah, perpustakaan, laboratorium, dan observatorium. Masjid menjadi tempat yang paling banyak dikunjungi orang daripada tempat lainnya. Orang pergi ke masjid tidak hanya berniat beribadah di dalamnya, tetapi juga menuntut ilmu dan berdiskusi.  “Di era kejayaan Islam, masjid tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah saja, namun juga sebagai pusat kegiatan intelektualitas,” ungkap J. Pedersen dalam bukunya berjudul  Arabic Book. Senada dengan J. Pedersen,  s...

Produksi Dulu atau Pasar Dulu

        Kamis,   25 Agustus selepas shalat Magrib lanjut pengajian tafsir Quran rutin setiap malam Jumat yang dilanjutkan shalat Isya’ di masjid Al Hikmah jalan Damar tepat di samping SMP Muhammadiyah Cilacap, saya meluncur ke hotel Sindoro Cilacap menjumpai kawan lama teman seangkatan   waktu sekolah di SMPN I Cawas kab Klaten. Kedatangan kawan lama saya itu dalam rangka membantu atau asistensi koleganya dalam perancangan pendirian pabrik sampai dengan pengoperasiannya untuk mengolah bijih plastik menjadi produk peralatan penunjang yang salah satu pengaplikasian produknya di dermaga. Banyak hal yang dibahas/disikusikan dalam obrolan kurang lebih dua setengah jam (20.40 s.d. 23.15) dengan kawan lama saya itu. Pokoknya sangat lengkap tema yang dibahas, poleksosbudhankam. Koleganya pun turut datang bergabung ngobrol di lobby hotel sambil minum jus jambu, kalau saya cukup air putih, sudah malam soalnya. Ada yang menarik dari pernyataan kawan lama saya: “Prod...

Perempatan Monjali

  Waktu sama-sama menunggu lampu tanda Hijau, tepat di depan mobil saya ada mobil Wuling warna putih yang di kaca belakangnya ditempel stiker “Marilah Sholat” sehingga muncul ide mengambil foto. Lokasi antrian kendaraan yang sedang menunggu tanda Hijau lampu lalin adalah di perempatan Monjali atau Monumen Jogja Kembali. Bagi yang tidak asing dengan perempatan itu, akan langsung tahu kalau titik lampu merah di jalan Ringroad Utara Yogyakarta atau kurang lebih 1,5 km sebelum terminal Jombor dari arah timur. Yogyakarta memang mempunyai kekhususan wilayah sehingga disebut daerah istimewa. Bergabungnya dengan NKRI pun berdasarkan Maklumat Sri Sultan Hamengku Buwono IX di tahun 1951 sehingga sebelumnya merupakan wilayah kerajaan yang berdaulat –cikal bakalnya kerajaan Mataram Islam Panembahan Senopati (Danang Sutawijaya) putra Ki Ageng Pemanahan atas persetujuan Pangeran Benawa (putra sultan Hadiwijaya alias Joko Tingkir) https://majumelangkah.blogspot.com/2023/08/kebersahajaan-ki-ageng...