Langsung ke konten utama

Di Bawah Kaki Ibu Ada Surga

Dalam satu kesempatan di pagi hari semeja dengan Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji, saya katakan kepada beliau: “Bapak sepertinya masih nampak lelah?” . Tatto Suwarto Pamuji sebelumya seorang pengusaha dan bupati terlama di Indonesia (2011 s.d 2022) secara berturut.

Beliau lalu cerita panjang lebar dan sampailah pada titik respon: “Semalem saya tiba-tiba kangen sama orang tua. Selepas isya’ saya ke Majenang (kurang lebih 2 jam perjalanan dari kota Cilacap) ke kuburan orang tua. Di tengah guyuran hujan, saya berdiam diri mengenang masa-masa saat masih bersama terutama masa kecil dan saat masih sekolah serta berdo’a. Pukul 02.00 saya kembali ke Cilacap dan tadi sempat subuh berjamaah di komplek bupati”.

Beliau juga mengisahkan perjalanan dalam mencari jodoh. “Waktu mencari jodoh, saya selalu berkonsultasi dengan ibu. Ada beberapa yang sudah saya kenalkan ke ibu dan saya pun mundur bila ibu tidak berkenan. Jodoh tak kemana, waktu bu Tetty Rohatiningsih (isteri pak Tatto yang juga anggota DPR) saya kenalkan ke ibu, beliau merestui. Dan hal itu yang juga saya tanamkan kepada kedua anak laki-laki saya”.

Hubungan batin antara ibu dengan anak khususnya dengan anak laki sangat berbeda dengan seorang ayah. Sehingga ada ungkapan ulama bahwa anak laki-laki itu milik ibunya. Apapun yang dilakukan seorang ibu kepada anak laki-lakinya wajib dilaksanakan sepanjang tidak dimaksudkan untuk bermaksiat kepada Allah ar Rahman ar Rahim dan menyelisihi aturan agama, meski si anak laki-laki sudah menikah. Berbeda dengan anak perempuan, apabila ia sudah menikah maka tanggung jawab dunia akherat berpindah ke pundak suaminya sejak ijab dan qobul diucapkan.

Hubungan batin yang kuat antara ibu dengan anak juga dilukiskan di Al Qur’an. Kisah penghanyutan Nabi Musa as yang dilakukan oleh ibundanya dikisahkan dalam surat Al Qasas ayat 7 (Qs. 8:7);


وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلا تَخَافِي وَلا تَحْزَنِي إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ مِنَ الْمُرْسَلِينَ وَجَاعِلُوهُ


“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka hanyutkan dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah pula bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.”

 Allah al Khaliq Maha Tahu akan kegelisahan ibu Musa karena hidup di masa rezim Fir’aun yang mengeluarkan dekrit agar semua anak-anak laki yang lahir dibunuh. Mata-mata, pengkianat, intelejen dan reserse Fir’aun dipastikan akan mengetahui keberadaan ibu Musa yang belum lama melahirkan jabang bayi laki-laki.

Allah Maha Bijaksana dan Maha Berkuasa adalah sebaik-baik pembuat tipu daya sekalipun sekalian manusia membuat tipu daya.  Ibu Musa diilhamkan agar anak laki-laki semata wayang yang belum lama dilahirkan dan ditimang dihanyutkan ke sungai Nil.

Ada hal menarik sebelum Allah memerintahan ibu Musa untuk menghanyutkan anaknya. Allah Maha Tahu akan perasaan sang ibu dengan anaknya. Ibu Musa masih diberi pilihan atau opsi atas kondisi yang tengah dihadapi.

Opsi pertama, disusui yang artinya anak dibesarkan dengan resiko besar yang jelas-jelas nyata yaitu Musa dibantai pasukan Fir’aun di depan matanya. Opsi kedua, dihanyutkan di sungai Nil yang secara hitung-hitungan manusiawi juga ada resiko yaitu tenggelam, dimakan hewan buas di sepanjang sungai dan masih ada peluang ditemukan orang dan dirawat.

Meski dengan berat hati, ibu Musa memilih opsi kedua yaitu menghanyutkan anaknya di sungai Nil karena ibu Musa meyakini janji Tuhan akan menolong diri dan anaknya, Musa. Ibu Musa berpegang pada kalimat penutup ayat tersebut; Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah pula bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

“Wong Pinter Kalah Karo Wong Bejo”

       “Wong pinter kalah karo wong bejo” (orang pandai kalah sama orang beruntung) itu idiom yang masih ada dan dipakai oleh sebagian orang untuk menilai keberhasilan seseorang. Kalau pinter dalam kontek prestasi akademik, yang berarti berkorelasi dengan level pendidikan seseorang yang dibandingkan dengan orang yang berkelimpahan materi sementara yang bersangkutan prestasi akademiknya biasa saja bahkan sempat tidak naik kelas/tingkat dan berujung drop out, maka labeling wong pinter kalah karo wong bejo boleh-boleh saja yang dijadikan tolok ukur. Fenomena tersebut sesungguhnya telah banyak dikupas oleh para motivator. Mayoritas mereka sepakat bahwa  kecerdasan yang bisa membuat orang menjadi sukses tidak hanya karena I ntelligence Q uotient (IQ) tinggi yang ujudnya diukur dengan prestasi akademik. Selain IQ, juga ada Emotional Quotient (EQ) atau kecerdasan emosi/sosial dan yang ketiga adalah Spiritual Quotient (SQ) atau kecerdasan spritual. Masing-masing dari ...

Produksi Dulu atau Pasar Dulu

        Kamis,   25 Agustus selepas shalat Magrib lanjut pengajian tafsir Quran rutin setiap malam Jumat yang dilanjutkan shalat Isya’ di masjid Al Hikmah jalan Damar tepat di samping SMP Muhammadiyah Cilacap, saya meluncur ke hotel Sindoro Cilacap menjumpai kawan lama teman seangkatan   waktu sekolah di SMPN I Cawas kab Klaten. Kedatangan kawan lama saya itu dalam rangka membantu atau asistensi koleganya dalam perancangan pendirian pabrik sampai dengan pengoperasiannya untuk mengolah bijih plastik menjadi produk peralatan penunjang yang salah satu pengaplikasian produknya di dermaga. Banyak hal yang dibahas/disikusikan dalam obrolan kurang lebih dua setengah jam (20.40 s.d. 23.15) dengan kawan lama saya itu. Pokoknya sangat lengkap tema yang dibahas, poleksosbudhankam. Koleganya pun turut datang bergabung ngobrol di lobby hotel sambil minum jus jambu, kalau saya cukup air putih, sudah malam soalnya. Ada yang menarik dari pernyataan kawan lama saya: “Prod...

Carica

  Selasa, 28 Mei 20 24 sepulang cuti, seperti biasa melakoni masuk kerja setelah semalaman (12 jam) menyusuri jalan dari terminal Banjarnegara dan turun di RS Hermina Sukabumi (masih 5 km menuju lokasi tinggal). Tidak kelupaan membawa buah tangan minuman khas kabupaten Banjarnegara, Carica. Saya tidak akan membahas Carica, sebab di- gooling pasti bertebaran yang membahasnya. Mungkin sedikit saja, Carica adalah buah se- family dengan buah Pepaya namun ukurannya secara umum lebih kecil. Ia bagus tumbuh di dataran tinggi, sehingga masyarakat di kecamatan Batur kabupaten Banjarnegara banyak yang membudidayakannya, disamping sayur-mayuran, termasuk komoditas Kentang. Usai Carica dibagikan anak-anak SMK yang sedang PKL, ada satu rekan kerja yang mendekat kemeja saja. Yang bersangkutan (R) menyampaikan: “Terima kasih, ya Pak”. “Sama-sama”, saut Saya (S). Ternyata tidak sampai di situ, rupanya yang bersangkutan ingin remembering atau bernostalgia. Berikut cuplikan singkatnya: R  ...