Langsung ke konten utama

Sang Mentari Yang Bersahabat

 


Pada satu momen perang Mahabarata, Arjuna bersumpah akan bisa memenggal kepala raja Sindu Jayadrata yang tak lain adalah adik ipar dari Duryudhono dedengkot pihak Kurawa. Apabila kepala Jayadrata sampai belum terpisah dari badannya sampai dengan matahari tenggelam, maka Arjuna bersumpah, ia bersedia dibakar hidup-hidup oleh raja Sindu Jayadrata.

Sampailah detik-detik Matahari menjelang beranjak menuju peraduan yang ditandai dengan sinar merah menyala di ujung langit Sang Surya tenggelam, namun Arjuna belum berhasil menewaskan raja Sindu Jayadrata. Pasalnya, Sindu Jayadrata disembunyikan pihak Kurawa.

Kecemasan mulai merayap di relung jiwa Arjuna, ditambah pihak Kurawa tertawa di atas angin dan telah menyiapkan kayu bakar untuk membakar Arjuna. Arjuna pun pasrah dan berkata kepada Kresna: “Basudewa Kresna, apabila memang ini takdir dari kematianku, aku menerima!”. Dengan tersenyum Kresna menenangkan Arjuna: “Tenanglah Arjuna, mintalah pertolongan pada yang kuasa agar kebenaran tak kalah dengan keangkaramurkaan!”.

Lantas Basudewa Kresna melihat Sang Surya dan pelan perlahan namun pasti senjata andalannya Cakra Sudarsana bergerak dan menutupi ke arah Matahari tanpa ada yang menyadari sehingga suasana medan perang nampak dan terasa gelap seperti Matahari sudah tenggelam. Di lokasi berbeda dari medan perang, raja Sindu Jayadrata meyakini Matahari sudah tenggelam sehingga ia dan pasukannnya bersiap menuju medan perang untuk membakar hidup-hidup Arjuna.

Tepat raja Sindu Jayadrata berhadapan dengan Arjuna di medan perang, suasana kembali seperti Matahari menjelang tenggelam karena Kresna menarik Cakranya. Raja Sindu Jayadrata dan pihak Kurawa pun kaget, kecuali Sengkuni. Ia sudah mengetahui tetapi terlambat memberi tahu Duryudhono. Panah sakti Pasupasastra milik Arjuna pun melesat tepat sasaran mengenai leher raja Sindu Jayadrata sehingga terpenggal kepalanya dan panah pun terus melesat membawa kepala Jayadrata ke pangkuan ayahnya, yang juga menjadi jalan akhir hidup dari ayah Sindu Jayadrata.

Pemuda Al Kahfi Selamat Dari Penguasa Dzolim

“Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya”, (Qs Al Kahfi/18 ayat 17).

Kuasa Allah diterangkan dalam ayat tersebut. Pintu gua yang menjadi tempat uzlah para pemuda al kahfi karena dikejar-kejar penguasa dzolim adalah menghadap ke utara. Di pagi hari matahari terbit dari arah timur dan di sore hari matahari condong ke barat menyilang pintu gua itu sehingga cahaya matahari hanya mengenai langsung pintu gua dari samping kiri dan kanan.

Dengan kuasa Allah tersebut, para penghuni gua pemuda al kahfi tidak terkena sinar matahari meskipun mereka berada di tempat yang luas. Ruangan gua itu mendapat cahaya matahari yang membias dari mulut gua. Maka ruangan itu tidaklah gelap dan selalu memperoleh udara yang sejuk. Itulah tanda-tanda kekuasaan Allah yang diperlihatkan kepada para hamba-Nya yang beriman. Mereka selamat dari kejaran penguasa dzolim dan tertidur pulas di dalam gua. Mereka baru terbangun kembali sesudah 300 tahun lebih lamanya.

Tanda-tanda kekuasaan Allah tersebut itu hanya dapat dihayati oleh mereka yang diberi taufik oleh Allah swt untuk menerima petunjuk kepada jalan kebenaran seperti pemuda-pemuda penghuni gua itu. Merekalah orang-orang yang memperoleh petunjuk dan dengan tepat memilih jalan kebenaran, sehingga mereka berbahagia dalam kehidupan duniawi dan ukhrawi. Mereka telah mencapai dan menghayati segala rahmat dan pertolongan Allah swt yang sebelumnya selalu mereka harap-harapkan. 

Berbeda halnya dengan mereka ialah orang-orang yang tidak memperoleh petunjuk. Mereka ini adalah orang-orang yang sesat karena salah memilih jalan yang harus ditempuh. Kecondongan kepada nafsu duniawi menyebabkan mereka salah dalam memilih jalan kebenaran. Mereka terjerumus ke dalam kesesatan jalan yang tidak membawa kebahagiaan. Yang mereka sangka kebahagian ternyata semu dan fatamorgana karena dunia akan sirna.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

“Wong Pinter Kalah Karo Wong Bejo”

       “Wong pinter kalah karo wong bejo” (orang pandai kalah sama orang beruntung) itu idiom yang masih ada dan dipakai oleh sebagian orang untuk menilai keberhasilan seseorang. Kalau pinter dalam kontek prestasi akademik, yang berarti berkorelasi dengan level pendidikan seseorang yang dibandingkan dengan orang yang berkelimpahan materi sementara yang bersangkutan prestasi akademiknya biasa saja bahkan sempat tidak naik kelas/tingkat dan berujung drop out, maka labeling wong pinter kalah karo wong bejo boleh-boleh saja yang dijadikan tolok ukur. Fenomena tersebut sesungguhnya telah banyak dikupas oleh para motivator. Mayoritas mereka sepakat bahwa  kecerdasan yang bisa membuat orang menjadi sukses tidak hanya karena I ntelligence Q uotient (IQ) tinggi yang ujudnya diukur dengan prestasi akademik. Selain IQ, juga ada Emotional Quotient (EQ) atau kecerdasan emosi/sosial dan yang ketiga adalah Spiritual Quotient (SQ) atau kecerdasan spritual. Masing-masing dari ...

Produksi Dulu atau Pasar Dulu

        Kamis,   25 Agustus selepas shalat Magrib lanjut pengajian tafsir Quran rutin setiap malam Jumat yang dilanjutkan shalat Isya’ di masjid Al Hikmah jalan Damar tepat di samping SMP Muhammadiyah Cilacap, saya meluncur ke hotel Sindoro Cilacap menjumpai kawan lama teman seangkatan   waktu sekolah di SMPN I Cawas kab Klaten. Kedatangan kawan lama saya itu dalam rangka membantu atau asistensi koleganya dalam perancangan pendirian pabrik sampai dengan pengoperasiannya untuk mengolah bijih plastik menjadi produk peralatan penunjang yang salah satu pengaplikasian produknya di dermaga. Banyak hal yang dibahas/disikusikan dalam obrolan kurang lebih dua setengah jam (20.40 s.d. 23.15) dengan kawan lama saya itu. Pokoknya sangat lengkap tema yang dibahas, poleksosbudhankam. Koleganya pun turut datang bergabung ngobrol di lobby hotel sambil minum jus jambu, kalau saya cukup air putih, sudah malam soalnya. Ada yang menarik dari pernyataan kawan lama saya: “Prod...

Carica

  Selasa, 28 Mei 20 24 sepulang cuti, seperti biasa melakoni masuk kerja setelah semalaman (12 jam) menyusuri jalan dari terminal Banjarnegara dan turun di RS Hermina Sukabumi (masih 5 km menuju lokasi tinggal). Tidak kelupaan membawa buah tangan minuman khas kabupaten Banjarnegara, Carica. Saya tidak akan membahas Carica, sebab di- gooling pasti bertebaran yang membahasnya. Mungkin sedikit saja, Carica adalah buah se- family dengan buah Pepaya namun ukurannya secara umum lebih kecil. Ia bagus tumbuh di dataran tinggi, sehingga masyarakat di kecamatan Batur kabupaten Banjarnegara banyak yang membudidayakannya, disamping sayur-mayuran, termasuk komoditas Kentang. Usai Carica dibagikan anak-anak SMK yang sedang PKL, ada satu rekan kerja yang mendekat kemeja saja. Yang bersangkutan (R) menyampaikan: “Terima kasih, ya Pak”. “Sama-sama”, saut Saya (S). Ternyata tidak sampai di situ, rupanya yang bersangkutan ingin remembering atau bernostalgia. Berikut cuplikan singkatnya: R  ...