Langsung ke konten utama

KA KERTANEGARA


     Pada Mei tanggal tiga belas bulan yang lalu saya melakukan perjalanan dari kota Solo tujuan Purwokerto dengan menumpang KA Kertanegara. Dua jam sebelum keberangkatan dari stasiun Solo Balapan saya sudah tiba di stasiun. Kalau hanya duduk sambil memandangi HP tentu boring dan saya pun juga kurang enjoy bila duduk-duduk menunggu hanya ditemani HP.

Turun dari ojol yang membawa saya dari ke penginapan ke stasiun, dalam perjalanan menuju pintu keberangkatan pandangan mata saya  (S) tertuju seorang muda yang duduk sendiri di taman di kursi di bawah pepohonan besar nan rindang yang hanya di temani HP-nya. Akhirnya si Pemuda (SP) saya hampiri. Ringkas obrolan:  

S

“Assalamu’alaikum, sendirian Mas”, sapa saya mengawali pembicaraan

SP

Iya nih Pak

S

Jemput ya Mas

SP

Tidak Pak, nunggu teman, sudah lama tidak ketemu. Infonya mau bawa KA ke Purwokerto siang ini

S

KA yang jam satu (13.10) atau yang jam dua (13.52)

SP

Infonya KA jam 2

S

Ooo, berarti nanti yang bawa saya, KA Kertanegara. Biasa main di sini ya Mas

SP

Tidak juga Pak, dulu sering antar teman kuliah orang Purwokerto langganan KA kalau pulang. Yaa waktu pacaran Pak. Sekarang jadi teman hidup saya  (isteri).

S

Asli Solo ya Mas

SP

Bukan Pak, Banyumanik. Kalau Bapak dari mana?

S

Asli Klaten, gubuk di Banjarnegara. Pernah ke Banjarnegara?

SP

Sudah beberapa kali Pak, tapi cuma lewat. Di sana ada saudara agak jauh. Enam bulan yang lalu ketemu di jalan pas operasi

S

Anggota?

SP

Betul Pak, wakapolres.

S

Mas juga anggota?

SP

Bukan Pak, bisnis kecil-kecilan

S

Bisnis apa?

SP

Bengkel dan spare part kendaraan

S

Di sini (Solo)?

SP

Di Banyumanik Pak, dekat terminal

S

Ok Mas, saya masuk dulu ya

SP

Monggo Pak

 Obrolan saya dengan si Pemuda tak terasa hampir satu jam. Yang bersangkutan selain ingin ketemu dengan teman lama yang seorang masinis, juga ingin jalan-jalan dari Banyumanik kabupaten Semarang sambil melakukan observasi atau pejajakan, siapa tahu ada peluang bisa membuka cabang bengkel dan spare mobil di kota Solo (Surakarta).



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masjid Cordoba Saksi Kejayaan dan Kemunduran Islam

  Di atas kubah masjid ada lambang bulan sabit dan bintang, itu adalah lambang kejayaan dan dalam sejarah Islam sehingga masjid memegang peranan penting untuk kemajuan peradaban. Masjid yang pertama kali di bangun nabi Muhammad Saw adalah masjid Quba, kemudian masjid Nabawi. Masjid ini selain sebagai tempat beribadah, juga difungsikan sebagai tempat menuntut ilmu, bermusyawarah dan mengatur strategi perang. Seiring dengan berjalannya waktu, fungsi masjid semakin sangat sentral. Di dalam kompleks masjid di bangun sekolah, perpustakaan, laboratorium, dan observatorium. Masjid menjadi tempat yang paling banyak dikunjungi orang daripada tempat lainnya. Orang pergi ke masjid tidak hanya berniat beribadah di dalamnya, tetapi juga menuntut ilmu dan berdiskusi.  “Di era kejayaan Islam, masjid tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah saja, namun juga sebagai pusat kegiatan intelektualitas,” ungkap J. Pedersen dalam bukunya berjudul  Arabic Book. Senada dengan J. Pedersen,  s...

Produksi Dulu atau Pasar Dulu

        Kamis,   25 Agustus selepas shalat Magrib lanjut pengajian tafsir Quran rutin setiap malam Jumat yang dilanjutkan shalat Isya’ di masjid Al Hikmah jalan Damar tepat di samping SMP Muhammadiyah Cilacap, saya meluncur ke hotel Sindoro Cilacap menjumpai kawan lama teman seangkatan   waktu sekolah di SMPN I Cawas kab Klaten. Kedatangan kawan lama saya itu dalam rangka membantu atau asistensi koleganya dalam perancangan pendirian pabrik sampai dengan pengoperasiannya untuk mengolah bijih plastik menjadi produk peralatan penunjang yang salah satu pengaplikasian produknya di dermaga. Banyak hal yang dibahas/disikusikan dalam obrolan kurang lebih dua setengah jam (20.40 s.d. 23.15) dengan kawan lama saya itu. Pokoknya sangat lengkap tema yang dibahas, poleksosbudhankam. Koleganya pun turut datang bergabung ngobrol di lobby hotel sambil minum jus jambu, kalau saya cukup air putih, sudah malam soalnya. Ada yang menarik dari pernyataan kawan lama saya: “Prod...

Perempatan Monjali

  Waktu sama-sama menunggu lampu tanda Hijau, tepat di depan mobil saya ada mobil Wuling warna putih yang di kaca belakangnya ditempel stiker “Marilah Sholat” sehingga muncul ide mengambil foto. Lokasi antrian kendaraan yang sedang menunggu tanda Hijau lampu lalin adalah di perempatan Monjali atau Monumen Jogja Kembali. Bagi yang tidak asing dengan perempatan itu, akan langsung tahu kalau titik lampu merah di jalan Ringroad Utara Yogyakarta atau kurang lebih 1,5 km sebelum terminal Jombor dari arah timur. Yogyakarta memang mempunyai kekhususan wilayah sehingga disebut daerah istimewa. Bergabungnya dengan NKRI pun berdasarkan Maklumat Sri Sultan Hamengku Buwono IX di tahun 1951 sehingga sebelumnya merupakan wilayah kerajaan yang berdaulat –cikal bakalnya kerajaan Mataram Islam Panembahan Senopati (Danang Sutawijaya) putra Ki Ageng Pemanahan atas persetujuan Pangeran Benawa (putra sultan Hadiwijaya alias Joko Tingkir) https://majumelangkah.blogspot.com/2023/08/kebersahajaan-ki-ageng...