Di dalam ceramah, almarhum KH Zainuddin MZ pernah mengungkapkan
pernyataan yang sangat tepat untuk menjadikan pegangan dalam percaturan
kehidupan yang sangat dinamis. Dalam arena
percaturan tersebut tidak jarang sampai
menjurus menyudutkan kepada pihak-pihak tertentu, termasuk umat Islam yang di
sudutkan (baca: Islamofobia).
Kata-kata beliau : ”Umat Islam tidak boleh mencari musuh, akan tetapi tidak
akan lari apabila dimusuhi”.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres belum
lama ini mengutarakan keprihatinan atas meningkatnya Islamofobia di dunia. Menurut dia, hal itu tak dapat ditoleransi.
"Kita melihat hari ini bahwa migran atau pengungsi terkadang diserang oleh
politisi populis atau pembenci agama lainnya. Bagi saya, ini sangat jelas bahwa
kita perlu memerangi Islamofobia dengan sangat kuat," ujar Guterres saat
melakukan konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood
Qureshi di Islamabad pada Ahad (16/2/2020), dilaporkan laman Anadolu Agency.
Ramah tamah selepas shalat Magrib, Putussibau 2018 |
Perjalanan sejarah juga telah banyak
membuktikan hal itu, tidak terkecuali peristiwa-peristiwa heroik para pahlawan
pembela bangsa Indonesia. Teuku Umar, Panglima Polim, Cut Nak Dien, Cut Mutiah,
Si Singamangaraja, Sultan Syarif Kasim II, Sultan Mahmud Badaruddin II, Sunan
Gunung Jati, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Kyai Mojo, Sentot Prawirodirjo,
Pattimura, Sultan Hasanuddin berlanjut ke pengorbanan para pahlawan perintis
kemerdekaan: Agus Salim, Ahmad Dahlan, Hasim Asyaari dan yang lainnya.
“The
treatment of their Christian subjects by the Ottoman emperors -at least for two
centuries after their conquest of Greece- exhibits a toleration such as was at
that time quite unknown in the rest of Europe…” [Perlakuan terhadap warga
Kristen oleh pemerintahan Khilafah Turki Utsmani –selama kurang lebih dua abad
setelah penaklukan Yunani– telah memberikan contoh toleransi keyakinan yang
sebelumnya tidak dikenal di daratan Eropa…],” kata TW Arnold (orientalis
Inggris); (The Preaching of Islam: A
History of the Propagation of the Muslim Faith, 1896, hal. 134).
‘’Jadi harus kita
kembali mengingat bagaimana toleransi itu sudah diperlihatkan oleh Zending Ottow dan Geissler ketika
menyebarkan agama Kristen di Tanah Papua yang mendarat di Pulau Mansinam
Manokwari pada tahun 5 Februari 1855. Dia bisa sampai ke Manokwari setelah mendapatkan
izin dari Sultan Tidore. Bukan hanya itu mereka diantar menggunakan perahu oleh
orang Tidore yang muslim. Nah, contoh toleransi seperti inilah yang
harus kita pertahankan,’’ kata DR Mulyadi Djaya (Pengamat sosial Universitas Papua).
Bahkan saya pun
mengalami hal yang menyejukkan saat kerusuhan Kupang provinsi NTT pada 30
November 1998. Mayoritas korban harta benda adalah warga pendatang yang notabene beragama Islam
karena diserang perusuh. Panti Asuhan yang belum ½ tahun selesai dibangun tepat
di samping rumah kontrakan saya di komplek Muhamadiyah Kupang ludes dibakar
perusuh.
Saya dan keluarga serta
tetangga tentu melarikan diri menjauh dari
rumah kontrakan. Saat kejadian anak pertama saya kurang lebih berumur 9
bulan dan sempat bersembunyi di dalam WC milik tetangga selepas waktu Isya.
Setelah dirasa aman dan perusuh sudah pergi, saya, isteri & anak pertama keluar
dari WC tersebut, lalu menuju ke rumah tetangga non muslim yang berprofesi sebagai
Biharawati atau biasa disebut Suster.
Mengunjungi warga di pulau Sulamu Kab Kupang Prov NTT pulau yang sejauh memandang tanah berpasir & sulit air bersih (dok. 2001) |
Kami bermalam di rumahnya.
Di esok harinya kami disuguhi Kopi dan roti di tengah perut keroncongan. Siang
hari perusuh masih ada yang mencoba merangsek lagi, namun skalanya lebih kecil
dari hari sebelumnya. Saat perusuh mondar-mandir di luar, Si ibu Biharawati keluar rumah dengan perpakaian
Biharawati lengkap. Mungkin dengan tujuan agar para perusuh menjauh dari
rumahnya. Alhamdulillah, kurang lebih 2 jam para perusuh meninggalkan komplek
Muhamadiyah Kupang.
Toleransi wajib dijaga
dalam batas-batas yang benar agar tidak kebablasan. Di dalam ajaran Islam sudah
sangat jelas: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang
ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Qs 2:256) dan “Untukmulah agamamu dan
untukkulah agamaku” (Qs 109:6).
Komentar
Posting Komentar