Langsung ke konten utama

Toleransi Dijaga Tidak Kebablasan

Di dalam ceramah,  almarhum KH Zainuddin MZ pernah mengungkapkan pernyataan yang sangat tepat untuk menjadikan pegangan dalam percaturan kehidupan yang sangat dinamis.   Dalam arena percaturan tersebut tidak jarang sampai menjurus menyudutkan kepada pihak-pihak tertentu, termasuk umat Islam yang di sudutkan (baca: Islamofobia). Kata-kata beliau : ”Umat Islam tidak boleh mencari musuh, akan tetapi tidak akan lari apabila dimusuhi”.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres belum lama ini mengutarakan keprihatinan atas meningkatnya Islamofobia di dunia. Menurut dia, hal itu tak dapat ditoleransi. "Kita melihat hari ini bahwa migran atau pengungsi terkadang diserang oleh politisi populis atau pembenci agama lainnya. Bagi saya, ini sangat jelas bahwa kita perlu memerangi Islamofobia dengan sangat kuat," ujar Guterres saat melakukan konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi di Islamabad pada Ahad (16/2/2020), dilaporkan laman Anadolu Agency.

Ramah tamah selepas shalat Magrib, Putussibau 2018
Guterres menilai ujaran kebencian merupakan salah satu instrumen paling penting dari Islamofobia. PBB, kata dia, baru-baru ini meluncurkan inisiatif untuk melawan hal tersebut. "Kami sepenuhnya berkomitmen dalam tindakan kami di seluruh dunia untuk memerangi semua bentuk Islamofobia dan bentuk kebencian lainnya sebagai alat untuk memenangkan suara, yang sama sekali tidak dapat diterima," ucapnya. Selain itu, dia berpendapat ada kebutuhan untuk menjaga harmoni di antara agama-agama. "Saya yakin bahwa kunjungan saya besok (Senin) ke koridor Kartapur akan menjadi simbol dari dialog, debat, dan toleransi," kata Guterres (https://internasional.republika.co.id/berita/q5vnnt415/sekjen-pbb-islamofobia-tak-bisa-ditoleransi).

Perjalanan sejarah juga telah banyak membuktikan hal itu, tidak terkecuali peristiwa-peristiwa heroik para pahlawan pembela bangsa Indonesia. Teuku Umar, Panglima Polim, Cut Nak Dien, Cut Mutiah, Si Singamangaraja, Sultan Syarif Kasim II, Sultan Mahmud Badaruddin II, Sunan Gunung Jati, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Kyai Mojo, Sentot Prawirodirjo, Pattimura, Sultan Hasanuddin berlanjut ke pengorbanan para pahlawan perintis kemerdekaan: Agus Salim, Ahmad Dahlan, Hasim Asyaari dan yang lainnya.

 “The treatment of their Christian subjects by the Ottoman emperors -at least for two centuries after their conquest of Greece- exhibits a toleration such as was at that time quite unknown in the rest of Europe…” [Perlakuan terhadap warga Kristen oleh pemerintahan Khilafah Turki Utsmani –selama kurang lebih dua abad setelah penaklukan Yunani– telah memberikan contoh toleransi keyakinan yang sebelumnya tidak dikenal di daratan Eropa…],” kata TW Arnold (orientalis Inggris); (The Preaching of Islam: A History of the Propagation of the Muslim Faith, 1896, hal. 134).

‘’Jadi harus kita kembali mengingat bagaimana toleransi itu sudah diperlihatkan oleh Zending Ottow dan Geissler ketika menyebarkan agama Kristen di Tanah Papua yang mendarat di Pulau Mansinam Manokwari pada tahun 5 Februari 1855. Dia bisa sampai ke Manokwari setelah mendapatkan izin dari Sultan Tidore. Bukan hanya itu mereka diantar menggunakan perahu oleh orang Tidore yang muslim.  Nah, contoh toleransi seperti inilah yang harus kita pertahankan,’’ kata DR Mulyadi Djaya (Pengamat sosial Universitas Papua).

Bahkan saya pun mengalami hal yang menyejukkan saat kerusuhan Kupang provinsi NTT pada 30 November 1998. Mayoritas korban harta benda adalah  warga pendatang yang notabene beragama Islam karena diserang perusuh. Panti Asuhan yang belum ½ tahun selesai dibangun tepat di samping rumah kontrakan saya di komplek Muhamadiyah Kupang ludes dibakar perusuh.

Saya dan keluarga serta tetangga tentu melarikan diri menjauh dari  rumah kontrakan. Saat kejadian anak pertama saya kurang lebih berumur 9 bulan dan sempat bersembunyi di dalam WC milik tetangga selepas waktu Isya. Setelah dirasa aman dan perusuh sudah pergi, saya, isteri & anak pertama keluar dari WC tersebut, lalu menuju ke rumah tetangga non muslim yang berprofesi sebagai Biharawati atau biasa disebut Suster.

Mengunjungi warga di pulau Sulamu Kab Kupang Prov NTT
                   pulau yang sejauh memandang tanah berpasir & sulit air bersih (dok. 2001)
Kami bermalam di rumahnya. Di esok harinya kami disuguhi Kopi dan roti di tengah perut keroncongan. Siang hari perusuh masih ada yang mencoba merangsek lagi, namun skalanya lebih kecil dari hari sebelumnya. Saat perusuh mondar-mandir di luar, Si ibu Biharawati keluar rumah dengan perpakaian Biharawati lengkap. Mungkin dengan tujuan agar para perusuh menjauh dari rumahnya. Alhamdulillah, kurang lebih 2 jam para perusuh meninggalkan komplek Muhamadiyah Kupang.

Toleransi wajib dijaga dalam batas-batas yang benar agar tidak kebablasan. Di dalam ajaran Islam sudah sangat jelas: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Qs 2:256) dan “Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku” (Qs 109:6).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perang Itu Belum Berakhir

  Salah satu untuk mengalihkan perhatian terhadap peradaban Islam adalah perang Salib. Dalam sejarahnya, perang Salib pernah terjadi di antara sesama mereka dan juga menyasar kaum Yahudi. Kejadian Perang Salib Kataris pernah dijadikan legitimasi atas pembantaian di antara sesama Kristen, bahkan dalam perkembangannya berakhir menjadi kepentingan politik. Perang konvensional adalah menumpahkan darah sesama makhluk ciptaan Tuhan. Tidak hanya kepada makhluk yang bernama manusia, makhluk yang pun bisa kena imbasnya. Perang adalah pilihan jalan terakhir, apabila semua jalan menempuh damai sudah buntu. Ada adab-adab dan prasyarat perang dalam Islam, yaitu: Dilarang membunuh anak-anak, wanita, dan orang tua. Kecuali mereka dengan bukti yang jelas melindungi pasukan lawan dan melakukan perlawanan dan dilarang dibunuh jika sudah menyerah, termasukan pasukan yang telah menyerah. Dilarang membunuh hewan, merusak tanaman dan merusak habitatnya. D ilarang merusak fasilitas umum dan tempat ibadah da

“Wong Pinter Kalah Karo Wong Bejo”

       “Wong pinter kalah karo wong bejo” (orang pandai kalah sama orang beruntung) itu idiom yang masih ada dan dipakai oleh sebagian orang untuk menilai keberhasilan seseorang. Kalau pinter dalam kontek prestasi akademik, yang berarti berkorelasi dengan level pendidikan seseorang yang dibandingkan dengan orang yang berkelimpahan materi sementara yang bersangkutan prestasi akademiknya biasa saja bahkan sempat tidak naik kelas/tingkat dan berujung drop out, maka labeling wong pinter kalah karo wong bejo boleh-boleh saja yang dijadikan tolok ukur. Fenomena tersebut sesungguhnya telah banyak dikupas oleh para motivator. Mayoritas mereka sepakat bahwa  kecerdasan yang bisa membuat orang menjadi sukses tidak hanya karena I ntelligence Q uotient (IQ) tinggi yang ujudnya diukur dengan prestasi akademik. Selain IQ, juga ada Emotional Quotient (EQ) atau kecerdasan emosi/sosial dan yang ketiga adalah Spiritual Quotient (SQ) atau kecerdasan spritual. Masing-masing dari jenis kecedasan itu memp

20 Meter Tidak Lebih Jauh dari 20 Km

  “Setiap hari sanggup menempuh jarak 20 km, bahkan 60 km lebih, namun masjid yang hanya berjarak 20 m tidak sanggup mendatangi setiap waktu panggilan shalat berkumandang…”.   Ungkapan tersebut disampaikan H . Tatto Suwarto Pamuji (69 Tahun - mantan Bupati Cilacap  empat tahun dan dua periode jabatan)  mengawali ceramah Subuh, Jumat 22 Maret 2024 di masjid Al Firdaus yang berdekatan dengan Polsek kecamatan Cilacap Utara sisi Selatan lapangan Krida kelurahan Gumilir. Hal tersebut disampaikan kepada para jamaah mengingat shalat wajib berjamaah dan dilaksanakan di masjid khususnya bagi kaum Adam (laki-laki) serta tepat di awal waktu adalah amalan yang sangat utama. Lebih jauh juga dijelaskan, kesuksesan seseorang sangat berkaitan dengan kualitas yang bersangkutan di dalam mengerjakan ibadah shalat. Apabila ibadah shalat dilaksanakan secara berkualitas dengan tidak asal  menggugurkan kewajiban sebagai seorang muslim, maka kesuksesan dalam kehidupan akan selalu bersamanya. Sehingga segera t