Salah satu untuk mengalihkan perhatian terhadap
peradaban Islam adalah perang Salib. Dalam sejarahnya, perang Salib pernah
terjadi di antara sesama mereka dan juga menyasar kaum Yahudi. Kejadian Perang Salib Kataris pernah dijadikan
legitimasi atas pembantaian di antara sesama Kristen, bahkan dalam
perkembangannya berakhir menjadi kepentingan politik.
Perang konvensional adalah menumpahkan darah sesama makhluk ciptaan Tuhan. Tidak hanya kepada makhluk yang bernama manusia, makhluk yang lain pun bisa kena imbasnya.
Perang adalah pilihan jalan terakhir, apabila semua jalan menempuh damai sudah buntu. Ada adab-adab dan prasyarat perang dalam Islam, yaitu:
1. Dilarang membunuh anak-anak, wanita, dan orang tua. Kecuali
mereka dengan bukti yang jelas melindungi pasukan lawan dan melakukan
perlawanan dan dilarang dibunuh jika sudah menyerah, termasuk pasukan yang
telah menyerah.
2. Dilarang membunuh hewan, merusak tanaman dan merusak habitatnya.
3. Dilarang merusak fasilitas umum dan tempat ibadah dan apabila menjadi
tempat persembunyian diupayakan menyisir pasukan terkait.
4. Dilarang meyerang wilayah yang berdaulat atau ada perjanjian
damai.
5. Warga suatu wilayah negara tertindas hak-hak sipilnya oleh pemerintah yang berkuasa sehingga meminta bantuan -saat ini dengan
mandat PBB.
6. Negaranya diserang negara lain.
7. Warga negaranya disandera atau dibunuh dan pemerintahannnya melindungi/meligitimasi penyanderaan dan pembunuhan tersebut.
Untuk diketahui, khalifah Umar bin Khatab ra mengirim pasukan ke Yerusalem, Baitul Maqdis waktu itu dengan alasan point 5, yaitu warga yang tertindas hak-hak sipilnya oleh kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) meminta bantuan kepada khalifah Umar bin Khatab agar terbebas dari penindasan sehingga mereka dapat hidup tenang dan damai. Bahkan atas permintaan dan undangan Saphronius (Uskup Agung al-Quds) langsung menyerahkan sendiri kunci kota Yerusalem (al-Quds) kepada Umar bin Khatab, yang berarti menandai wilayah kunci kota Yerusalem (al-Quds) masuk ke dalam wilayah daulah Islamiyah (red: https://islamdigest.republika.co.id/berita/qe2jdn320/umar-bin-khattab-taklukkan-yerusalem-dan-pengakuan-yahudi ).
Itulah titik awal sejarah dan kemelut kota Yerusalem yang sampai dengan saat ini masih berlanjut. Sampai dengan saat ini, Israel (Yahudi Zionis) telah menganeksasi kurang lebih 70% wilayah Palestina yang akar konfliknya secara detail dapat diakses atau merujuk dapat merujuk akun Youtube Adi Hidayat Official link https://www.youtube.com/watch?v=p79DAK0S6gI . Israel juga melakukan pembakangan terhadap resolusi PBB agar keluar dari wilayah pendudukan (dikembalikan kepada Palestina). Apabila ingin mengetahui lebih dalam siapa itu Yahudi, sebagai salah satu referensi link https://www.youtube.com/watch?v=5AFMe21F1dk .
Perang Salib adalah kumpulan
gelombang dari pertikaian agama bersenjata yang dimulai oleh kaum Kristiani
pada periode 1095 – 1291; biasanya direstui oleh Paus atas nama Agama Kristen,
dengan tujuan untuk menguasai kembali Yerusalem dan “Tanah Suci” dari kekuasaan
kaum Muslim, awalnya diluncurkan sebagai jawaban atas permintaan dari
Kekaisaran Bizantium yang beragama Kristen Ortodoks Timur untuk melawan
ekspansi dari Dinasti Seljuk yang beragama Islam ke Anatolia (red: https://new.uin-malang.ac.id/r/131101/perang-salib.html
).
Pada tahun 1208, perang Salib mulai menyimpang dan tidak hanya memerangi Peradaban Islam di Timur Tengah. Paus Innosensius II (memerintah 1198-1216) menyerukan perang sesama orang Kristen, yaitu kaum Kataris yang dianggap orang Kristen sesat. Gerakan ini dikenal sebagai Perang Salib Kataris. Seruan perang ini didukung penuh oleh Raja Prancis Philip II (memerintah (1180-1223). Seruan perang ini juga diperkuat dengan dukungan tokoh-tokoh seperti Santa Maria dari Oignies yang mengaku mendapat penglihatan dengan klaim Yesus Kristus mengatakan padanya, keprihatinan terhadap Kaum Kataris di Prancis selatan. Sehingga seruan perang ini telah ditunggangi kepentingan Kerajaan Prancis. Raja Prancis ingin memperkuat kontrol terhadap para tuan tanah di wilayah Prancis selatan. Karena pada waktu itu wilayah Prancis selatan lebih bersimpati dengan kerajaan-kerajaan Spanyol timur.
Penyimpangan Perang Salib Kataris
Perang Salib Kataris dimulai dari Lyon dan bergerak menyusuri Sunga Rhone pada Juli 1209 M. Akan tetapi, alih-alih wilayah Toulouse (basis utama kaum Kataris), pasukan Salib malah menargetkan daerah sekitar Albi. Hal itu karena Raymond dari Toulouse telah membuka negosiasi dengan Paus. Raymond menyerahkan sebidang tanah pada Paus dan memilih bergabung dengan Pasukan Salib.
Dari pergerakan tersebut, sebenarnya sudah terlihat bahwa Perang Salib ini tidak benar-benar menargetkan orang kristen sesat. Pasukan Salib lebih tertarik dengan harta dan ingin menekan para bangsawan di Prancis selatan, yang akhirnya dimulai dengan pengepungan yang berhari-hari di sekitar wilayah Albi. Pasukan Salib memberikan syarat untuk menyerahkan orang-orang Kristen sesat untuk dihukum.
Setelah permintaan tersebut ditolak, Pasukan Salib mulai menjarah wilayah tersebut dengan kejam. Sekitar 10.000 orang penduduk kota dibantai dengan darah dingin. Padahal kota itu mungkin hanya memiliki sekitar 700 orang Kristen sesat dan sekarang jelas bagi semua orang bahwa ini adalah kampanye penaklukan, bukan pertobatan.
Karena terkejut dengan pembantaian tersebut, kota lain di wilayah tersebut, yaitu kota Narbonne langsung menyerah. Penduduk setempat melarikan diri dari kastel dan kota mana pun yang kemungkinan besar akan menjadi sasaran serangan Pasukan Salib berikutnya. Kastel Carcassonne jatuh pada tanggal 14 Agustus 1209 M. Sementara Raymond dari Trencavel dimasukkan ke dalam penjara tempat dia tidak dapat melarikan diri hidup-hidup. Simon de Montfort mengambil alih tanah Trencavel.
Pada 1211 M krisis semakin dalam. Raymond dari Toulouse memutuskan bahwa Pasukan Salib membuat terlalu banyak tuntutan di wilayahnya. Akhirnya Raymond dari Toulouse beralih menjadi musuh Pasukan Salib lagi. Setelah mengalahkan pasukan Toulouse-Foix di Castelnaudary pada bulan September 1211 M, de Montfort merebut sebagian besar wilayah selatan pada tahun 1212 M. Sementara itu, Raymond dari Toulouse melarikan diri ke Inggris untuk sementara.
Meskipun Prancis utara memulai rencana pemerintahan baru di wilayah tersebut, pada tahun 1213 M perang gerilya telah menyebar ke mana-mana di Prancis selatan. Pembantaian, pembakaran, dan mutilasi berlanjut setiap kali sebuah kota atau kastel direbut. Akibatnya, Paus membatalkan status gerakan Perang Salib.
Namun demikian, pada tahun 1214 M gejolak di wilayah tersebut masih belum berhenti. Bahkan menyeret konflik dengan raja-raja dari luar Prancis yang mengincar tanah-tanah bangsawan di wilayah tersebut. Terutama Raja Aragon dan Raja John dari Inggris yang masih memiliki tanah di Prancis. Pada 1215 M penaklukan wilayah Toulouse dan Pyrenean selesai. Putra Mahkota Louis bahkan melakukan tur dengan pasukan yang tidak pernah melakukan pertempuran apa pun.
Akhir Sejarah Perang Salib
Kataris
Tidak lama setelah itu, kembali
terjadi perlawanan lokal. Para pembela sangat terbantu dengan kembalinya
Raymond ke bentengnya di Toulouse pada tahun 1217 M.
Perang kembali berkecamuk di tingkat lokal. Pihak utama yang memimpin sekarang adalah sekutu Toulouse dan para bangsawan yang telah mendapatkan tanah mereka kembali dari de Montfort. Sementara itu, Raymond dari Toulouse meninggal pada tahun 1222 M dan dia digantikan oleh putranya Raymond VII (memerintah 1222-1249 M). Ia merebut kembali sebagian besar tanah tua ayahnya dan bahkan Carcassonne pada tahun 1224 M.
Raja Louis VIII setelah kematian ayahnya pada tahun 1223 M, bertekad untuk memperluas kerajaannya. Dengan dukungan Paus Honorius III (memerintah 1216-1227 M), perang salib dilakukan dengan semua perlengkapan Kepausan. Avignon dikepung dan direbut pada musim panas tahun 1226 M. Menyadari hal yang tak terhindarkan, sebagian besar penguasa Languedoc bersumpah kepada raja, tetapi Raymond VII bertahan.
Sementara itu, di Paris pada November 1226 M, Louis VIII meninggal karena disentri. Raja baru Prancis, Louis IX (memerintah 1226-1270 M) menggantikannya. Ia menjadi salah satu raja Pasukan Salib abad pertengahan yang paling berkomitmen untuk menyelesaikan perang tersebut.
Serangkaian kemenangan datang dalam dua tahun berikutnya dan
Raymond VII dari Toulouse menyetujui syarat penyerahan. Sejarah Perang Salib
Kataris dengan demikian berakhir dengan Perjanjian Paris pada tahun 1229 M.
Komentar
Posting Komentar