Istilah berpenampilan Good Looking heboh sejak dua minggu yang lalu. Apapun maksud yang mencetuskan istilah tersebut, penggunaan istilah Good Looking pada waktu dicetuskan/digunakan sehingga viral di jagat maya apabila ditinjau dari sudut pandang manapun dipastikan mengandung kesalahan fatal. Lebih-lebih rangkaian penjelasan lanjutan dalam forum tersebut mengandung makna sumir dan dinilai banyak kalangan mendiskreditkan penampilan orang secara fisik.
Sebenarnya simpel saja, kita ada norma
kesusilaan dan norma kesopanan lebih-lebih tidak ada norma hukum yang dilanggar.
Silakan anda nilai sendiri, apakah tampil dengan paha mulus dan you can see adalah yang sesuai dengan norma
kesusilaan dan norma kesopanan. Atau jangan-jangan itu yang dianggap Good Looking, hehehe.
Di sisi yang lain, kemarin Kamis 10 September
2020 saya ngobrol dengan rekan kerja seputar tingkah anak milenial. Obrolan sampai
pada kurang rasa pede anak-anak milenial apabila ada bagian fisik
tubuh “yang dianggap kurang atau cacat” dikomentari oleh teman-teman,
lebih-lebih diumbar di medsos. Kulit nampak kelihatan hitam atau kurang putih atau ada
jerawat satu biji di wajahnya, misalnya.
Satu rekan kerja saya, ibu-ibu yang anak
perempuanya usia anak kuliahan (milenial) mengulas omongan dengan anaknya: “Kamu
kan masih muda, perawatan tubuh (body
repair) kan kalau sudah berumur seperti ibu!”. Rekan kerja saya yang satu (laki-laki)
mengomentari: “Memang anak milenial sekarang ndak bisa tahan dengan omongan
teman-temannya, belum bisa mengatakan ‘itu bukan masalah’ dalam urusan seperti
itu”.
"Sangat menyedihkan melihat banyak gadis
remaja seusia saya yang memiliki warna kulit lebih gelap, terjebak dalam mitos
sosial yang mengatakan bahwa hanya anak perempuan dengan kulit putih yang akan
lebih sukses. Hal ini menyebabkan rasa kurang percaya diri dalam hidup mereka
karena mereka akan merasa tidak cukup cantik. Saya memiliki kepercayaan bahwa
semua gadis remaja itu cantik terlepas dari warna kulit mereka. Filter dan
manipulasi foto di sejumlah situs media sosial lah yang menciptakan generasi
remaja yang mudah terpedaya. Banyak gadis remaja Indonesia berpikir bahwa
mereka akan tampil lebih menarik jika memiliki kulit yang lebih putih. Lingkup
luas media sosial semakin menghakimi dalam hal daya tarik, harga diri seseorang
dirusak hanya dikarenakan oleh banyaknya jumlah suka (likes) atau kurangnya
respons terhadap swafoto (selfie) mereka. Kita perlu mengubah ini!," kata Abel Cantika.
Hati seharusnya menjadi perhatian utama daripada lahiriyah. Karena baiknya hati, baik pula amalan lainnya. Karena hati yang bersih, amalan yang lain bisa diterima. Beda halnya jika memiliki hati yang rusak, terutama hati yang tercampur noda syirik (https://rumaysho.com/3373-perhatikanlah-hatimu.html). Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564).
Komentar
Posting Komentar